Cara memahami kondisi umum
keuangan pemerintah daerah terutama adalah dengan mencermati laporan tentang
neraca daerah dan laporan tentang APBD. Neraca melaporkan tentang nilai dan
rincian dari aset, kewajiban dan ekuitas. Konsepnya adalah persediaan (stock), terutama menggambarkan tentang
nilai harta dan utang pada suatu waktu, misalnya pada 31 Desember 2015.
Sedangkan APBD (realisasi) melaporkan tentang pendapatan dan belanja selama
satu tahun tertentu, dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Konsep dasar
APBD adalah arus (flow) dana selama
setahun, tentang penerimaan dan pengeluaran.
Selain laporan Realisasi Anggaran
tahun bersangkutan dan Neraca Daerah per akhir tahun anggarannya, dilaporkan
pula rincian lainnya dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). LKPD
melaporkan pula tentang Perubahan Saldo Anggaran Lebih Tahun, Laporan
operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, serta Laporan Arus Kas tahun anggaran
bersangkutan.
LKPD tahun anggaran 2015 yang
telah diaudit (audited) dalam Neraca
Daerah menyatakan bahwa per tanggal 31 Desember 2015, total aset Pemda DKI
Jakarta bernilai Rp 421.061.389.203.531,00 (sekitar 421 triliun rupiah).
Terdiri dari lima macam aset: 1. Aset lancar sebesar Rp 17.450 miliar; 2.
Investasi jangka panjang sebesar Rp 22.508 miliar; 3. Aset tetap sebesar Rp
334.403 miliar; 4. Dana cadangan sebesar Rp 1.046 miliar; dan 5. Asset lainnya sebesar
Rp 45.654 miliar.
NO
|
URAIAN
|
NILAI
|
1
|
Aset lancar
|
17.450.490.675.026
|
2
|
Investasi jangka panjang
|
22.508.090.659.786
|
3
|
Aset tetap
|
334.403.041.973.049
|
4
|
Dana cadangan
|
1.046.215.749.016
|
5
|
Aset Lainnya
|
45.653.550.146.654
|
Sumber: diolah dari LKPD DKI Jakarta, 2015, audited
Aset lancar antara lain terdiri
dari : Kas (kas daerah, kas di bendahara pengeluaran, kas dan setara kas BLUD),
Piutang Pajak, Piutang Retribusi, Piutang BLUD, Piutang Dana Transfer, Piutang
Penjualan Barang Bergerak/Kendaraan, Piutang Lainnya, Belanja Dibayar di Muka,
Uang Muka Kerja, Persediaan. Sebagai contoh, kas dilaporkan sebesar Rp 6.281.945.032.768,00
(sekitar 6,28 triliun rupiah).
Investasi Jangka Panjang terdiri
dari: Investasi Non Permanen dan Investasi Permanen. Investasi permanen berupa:
Penyertaan Modal pada BUMD yang kepemilikan sahamnya 100 persen oleh Pemda DKI
Jakarta (Perusahaan Daerah) sebesar Rp 2.142 miliar, dan Penyertaan Modal pada
PT Patungan atau BUMD yang sebagian saham dimiliki pihak lain, sebesar Rp
19.956 miliar. Perlu diperhatikan bahwa yang terbesar adalah yang disebut
terakhir, antara lain seperti: PT Pembangunan Jaya, PT Pembangunan Jaya Ancol,
PT Jakarta Propertindo, PT Bank DKI Jakarta, PT Mass Rapid Transit Jakarta, PT
Transportasi Jakarta.
NO
|
URAIAN
|
NILAI
|
1
|
PD Darma Jaya
PD Pembangunan Sarana Jaya
PD Pasar Jaya
PD PAL Jaya
|
70.432.916.065
1.046.058.060.401
509.599.788.856
516.175.438.571
|
2
|
PT Pembangunan Jaya
|
1.942.067.255.754
|
3
|
PT Pembangunan Jaya Ancol
|
1.211.045.540.918
|
4
|
PT Jakarta Propertindo
|
4.322.661.011.016
|
5
|
PT Bank DKI Jakarta
|
5.884.333.774.627
|
6
|
PT Mass Rapid Transit Jakarta
|
3.759.293.639.511
|
7
|
PT Transportasi Jakarta
|
1.481.923.171.895
|
8
|
13 PT Patungan Lainnya
|
1.764.501.000.000
|
|
JUMLAH INVESTASI JANGKA PANJANG
|
22.508.090.659.786
|
Sumber: diolah dari LKPD DKI Jakarta, 2015, audited
Analisis mengenai hal ini
nantinya dapat dikaitkan dengan pos Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang dipisahkan dalam APBD, karena sebagian investasi memang bermaksud meningkatkan
hal ini. Sedangkan dalam hal tujuan strategis lain dapat diperiksa dari capaian
dan prestasi layanan dari BUMD dimaksud.
Aset terbesar berupa aset tetap
yang dilaporkan sekitar Rp 363.585 miliar. Terdiiri dari: Tanah Rp 284.069
miliar, Peralatan dan Mesin Rp 18.987 miliar, Gedung dan Bangunan Rp 24.170
miliar, Jalan, Irigasi, dan Jaringan Rp 32.309 miliar, Aset Tetap Lainnya Rp
1.423 miliar, Konstruksi Dalam Pengerjaan Rp 2.630 miliar.
NO
|
URAIAN
|
NILAI
|
1
|
Tanah 284.068.689.312.488,00
|
284.068.689.312.488
|
2
|
Peralatan dan Mesin
|
18.986.813.894.851
|
3
|
Gedung dan Bangunan
|
24.169.792.568.590
|
4
|
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
|
32.306.882.017.848
|
5
|
Aset Tetap Lainnya
|
1.422.710.645.797
|
6
|
Konstruksi Dalam Pengerjaan
|
2.629.578.816.582
|
|
ASET TETAP (SEBELUM PENYUSUTAN)
|
363.584.467.256.156
|
7
|
Ak Penyusutan Peralatan dan Mesin
|
(8.720.575.513.975)
|
8
|
Ak Penyusutan Gedung dan Bangunan
|
(9.252.509.523.776)
|
9
|
Ak Penyusutan Jalan, Irigasi, dan Jaringan
|
(11.208.289.041.206)
|
10
|
Akmulasi Penyusutan Aset Tetap Lainnya
|
(51.204.150)
|
|
AKUMULASI PENYUSUTAN ASET TETAP
|
(29.181.425.283.107)
|
|
JUMLAH ASET TETAP
|
334.403.041.973.049
|
Sumber: diolah dari LKPD DKI Jakarta, 2015, audited
Analisis mengenai hal ini
nantinya dapat dikaitkan dengan pos Belanja Modal dalam APBD. Diperbandingkan nilai
pembelian (belanja) masing-masing aset tetap, serta mencermati perhitungan atas
penyusutan. Informasi tambahan mengenai pembelian dan penjualan aset tetap,
terutama yang berbentuk tanah, akan memeberi gambaran yang lebih baik.
Dana Cadangan dilaporkan sebesar
Rp 1.046 miliar. Aset lainnya dilaporkan sebesar Rp 45.654 miliar. Contoh Aset
lainnya ini adalah: Tagihan Penjualan Angsuran, Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian
Daerah, Aset Tidak Berwujud, dan lain-lain.
Neraca Daerah juga melaporkan
sisi pasiva, yakni kewajiban dan ekuitas, yang jumlahnya adalah sama dengan jumlah
asset. Pemda DKI Jakarta terbilang memiliki kewajiban yang relatif kecil
porsinya, Kewajiban Jangka Pendek sebesar Rp758.869.632.554,00 dan Kewajiban
Jangka Panjang sebesar Rp197.707.784.670,00. Dengan kata lain, hanya memiliki
sedikit utang. Jumlah ekuitasnya lah yang mencapai Rp420.104.811.786.307,00.
Dari uraian diatas, Pemerintah
Propinsi DKI Jakarta memang dilaporkan mengelola aset yang amat besar, Jauh
lebih besar dibandingkan propinsi lainnya. Informasi mengenai hal ini secara
umum memang sudah diberikan oleh Pemda, namun masih belum memadai bagi publik luas,
serta kuarang mudah diakses. LKPD yang lengkap, info grafis, laporan tentang
rincian asset, dan lain sebagainya adalah hak publik. Pengawasan atas pelolaan aset
musti melibatkan semakin banyak pihak, bahkan masyarakat luas.