Jumlah
pengangguran dan
tingkat pengangguran terbuka memang cenderung menurun selama belasan tahun terakhir. Laju
penurunannya mulai melambat dalam beberapa tahun terakhir, bahkan sempat
meningkat pada beberapa waktu. Bagaimanapun, pada Februari 2018 telah berhasil dicapai posisi terbaik, yakni sebanyak 6,87 juta orang penganggur
dengan tingkat pengangguran sebesar 5,13%.
Akan
tetapi, fenomena ketenagakerjaan tampak masih membebani perekonomian. Beberapa diantaranya adalah: pekerja tidak penuh
tidak menurun secara berarti bahkan cenderung meningkat dari tahun-tahun
sebelumnya; pekerja informal masih lebih besar daripada yang formal; ada
kecenderungan peningkatan pengangguran terdidik; upah yang rendah bagi
kebanyakan pekerja, dimana kenaikan upah hanya mengimbangi atau di bawah laju
inflasi; lapangan kerja terbesar masih di sediakan oleh sektor pertanian;
perlindungan bagi pekerja masih tersedia secara minimal; serta kualitas banyak
pekerja masih rendah dan produktifitasnya belum optimal.
Salah
satu yang kurang diperhatikan adalah fenomena meningkatnya pekerja tidak penuh.
Pekerja Tidak Penuh adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal
(kurang dari 35 jam seminggu). Jumlah jam kerja berdampak pada kesehatan dan
kesejahteraan penduduk yang bekerja, serta tingkat produktivitas dan biaya
tenaga kerja perusahaan. Hal ini dapat mengkonfirmasi
penurunan atau stagnasi daya beli
masyarakat, karena menyangkut pendapatan yang mereka peroleh. Secara lebih jauh dapat
menjadi peringatan dini adanya gejala
awal krisis, atau sedikitnya kondisi
umum perekonomian yang relatif stagnan.
Selama kurun waktu tahun
2010 hingga tahun 2018, jumlah pekerja tidak penuh justeru cenderung bertambah,
hanya sesekali berkurang. Pada Februari 2010 jumlahnya
sebanyak juta orang, naik menjadi 39,99 juta orang pada Februari 2018. Pada saat bersamaan,
jumlah pengangguran memang turun dari 8,59 Juta orang menjadi 6,87 orang.
Jika digabungkan antara
jumlah penganggur dengan pekerja tidak penuh, maka selama era 2015 – 2018 tidak
hanya jumlahnya yang cenderung meningkat, melainkan porsinya pun tak mengalami
perbaikan. Pada februari 2018, jumlah kedua kelompok ini sebanyak 46,86 juta
orang atau 34,99% dari total angkatan kerja. Dengan kata lain, jika, definisi
bekerja adalah 35 jam dalam seminggu, maka tingkat pengangguran adalah 34,99%.
Bandingkan dengan angka pengangguran terbuka yang memakai batasan bekerja satu
jam dalam seminggu, yang sebesar 5,13%.
Persoalan umum lainnya
dari ketenagakerjaan tergambar pula dari persentase penduduk bekerja menurut status pekerjaan utama,
yang tak mengindikasikan adanya perbaikan berarti. Ada tujuh status pekerjaan menurut BPS, yaitu: 1. Berusaha Sendiri; 2. Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap;
3. Berusaha Dibantu Buruh Tetap;
4. Buruh/karyawan/pegawai; 5. pekerja bebas di pertanian; 6. pekerja bebas di non pertanian; 7. pekerja keluarga. Pada Februari 2018, kelompok
ke 3 dan 4 yang digolongkan pekerja formal oleh BPS adalah sebanyak 53,09 juta
orang atau 41,78% dari total pekerja. Sebanyak 73,98 juta orang (58,22%) digolongkan
pekerja informal. Pekerja informal ini pula
yang disebut pekerja rentan (vulnerable employment).
Salah satu status yang patut
mendapat perhatian lebih khusus adalah Pekerja keluarga atau pekerja tak
dibayar, yaitu seseorang yang bekerja membantu orang lain yang berusaha dengan
tidak mendapat upah/gaji, baik berupa uang maupun barang. Jumlahnya pada tahun
2004 adalah sebanyak 17,59 juta orang, dan justeru meningkat pada Februari 2018
adalah sebenyak 18,50 juta orang.
Begitu pula dua status yang mencerminkan
pengusaha mikro dan pengusaha kecil (UMK), tidak termasuk yang menengah. Yaitu,
berusaha sendiri dan berusaha dibantu buruh tidak tetap. Berusaha sendiri,
adalah bekerja atau berusaha dengan menanggung resiko secara ekonomis, yaitu
dengan tidak kembalinya ongkos produksi yang telah dikeluarkan dalam rangka
usahanya tersebut, serta tidak menggunakan pekerja dibayar maupun pekerja tak
dibayar, termasuk yang sifat pekerjaannya memerlukan teknologi atau keahlian
khusus.
Pada tahun 2004 jumlah pekerja dari
kedua status itu adalah 37,78 juta orang, dan pada Februari 2018 bertambah
menjadi 44,55 juta orang. Jika dilihat dari sisi prosentasi atas total pekerja,
memang telah terjadi penurunan dari 41,60% menjadi 35,06%. Namun persentasinya
masih besar.
Dapat disimpulkan bahwa penurunan
jumlah penganggur dan angka pengangguran terbuka selama ini tidak cukup menggambarkan
tentang masih sulitnya penciptaan lapangan kerja. Terkonfirmasi dari cendrung
meningkatnya pekerja tidak penuh, serta masih besarnya status pekerja yang
informal. Terutama untuk status pekerjaan tertentu yang amat rentan, seperti
pekerja keluarga. Otoritas ekonomi musti waspada, karena hal ini bisa menjadi
indikasi stagnasinya perekonomian, alih-alih dari pertumbuhan ekonomi yang
tinggi dan berkualitas.