Faktor eksternal makin berpengaruh kuat
Kondisi perekonomian Indonesia
belakangan sangat dipengaruhi oleh dinamika ekonomi dan keuangan global.
Bahkan, cenderung semakin bergantung padanya. Perekonomian nasional tumbuh
tinggi dan kondusif jika kondisi global membaik, serta sebaliknya jika memburuk
atau tidak stabil. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi selama beberapa tahun
dengan mudah melambat, seperti yang terjadi pada tahun 2014 hingga tahun 2016. Goncangan
eksternal masih akan menjadi ancaman serius secara terus menerus pada
tahun-tahun mendatang.
Kinerja Neraca Pembayaran
Indonesia (NPI) tahun 2016 memang membaik, terutama didukung oleh surplus
transaksi modal dan finansial yang meningkat. Diakui bahwa surplus transaksi
modal dan finansial itu lebih karena menurunnya ketidakpastian di pasar
keuangan global, meskipun juga ada faktor membaiknya keyakinan atas prospek
perekonomian Indonesia. Dengan kata lain, risiko NPI dan terutama neraca
transaksi berjalan selalu ada dan bergantung kepada kondisi global.
Sementara itu Neraca Perdagangan
berangsur membaik. Perbaikan terutama dikarenakan penurunan laju impor yang
lebih cepat daripada penurunan impor. Ekspor nonmigas Indonesia masih
terkendala pada terbatasnya produk dan ketergantungan kepada komoditas primer,
serta kurang luasnya jangkauan negara tujuan.
Data ekonomi lainnya yang
mencerminkan pengaruh faktor eksternal, serta berkaitan langsung dengan tekanan
kepada rupiah adalah soal utang luar negeri (ULN) Indonesia. Bank Indonesia mempublikasikan
posisi ULN Indonesia pada akhir tahun 2016 sebesar USD310,7 miliar. Meningkat
USD17,0 miliar atau tumbuh 5,8% dari posisi akhir 2015 sebesar USD293,8 miliar.
Rasio ULN terhadap produk domestik bruto (PDB) tercatat sebesar 36,1%, lebih
tinggi daripada 33,0% pada akhir tahun 2014. Sejauh ini, Bank Indonesia
memandang perkembangan ULN terkini masih cukup sehat, namun mengaku perlu terus
mewaspadai risikonya terhadap perekonomian nasional. Dipastikan bahwa ke depan,
Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan ULN, khususnya ULN sektor
swasta. Pemantauan dan pengawasan dimaksudkan untuk memberi keyakinan bahwa ULN
dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa
menimbulkan risiko besar bagi stabilitas makroekonomi.
Prospek Ekonomi Tahun
2017
Pemerintah dan Bank Indonesia
sebagai otoritas ekonomi meyakini bahwa kondisi perekonomian nasional tahun 2017
akan lebih baik daripada tahun 2016. Diantaranya yang dinyatakan adalah: pertumbuhan
ekonomi diprakirakan meningkat; inflasi tetap terkendali; defisit transaksi
berjalan dapat ditekan; nilai tukar rupiah lebih stabil; dan industri perbankan
tumbuh lebih baik. Indikator lain yang juga diprakirakan sekaligus menjadi
target akan membaik adalah: pengangguran, kemiskinan, IPM, defisit APBN,
nilai dan indikator beban utang luar
negeri.
Otoritas ekonomi Indonesia
melihat perkononomian global semakin menunjukkan gejala pemulihan dan kondisi
keuangan global tampak akan lebih stabil. Sementara itu, kondisi perekonomian
domestik juga masih dinamis dan terbukti tetap mampu menggeliat tumbuh pada
tahun 2016. Kinerja makroekonomi
Indonesia secara umum lebih baik daripada negara-negara lain yang sekelompok
kategori. Bahkan, termasuk diantara negara yang tertinggi pertumbuhan
ekonominya. Bagaimanapun, Pemerintah dan BI tetap menyadari bahwa risiko akibat
gejolak perekonomian global masih dapat menjadi gangguan yang serius pada tahun
2016.
Pemerintah dalam APBN 2017
menyebut target pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 5,1%, inflasi 4,0%, dan
nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika di kisaran Rp 13.300. Sementara itu,
Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2017 di kisaran 5,1 – 5,4%,
dan inflasi terkendali di sekitar titik tengah kisaran sasaran inflasi 4 ± 1%.
Sedangkan defisit neraca pembayaran akan bisa dikendalikan pada tingkat di
bawah tahun 2016. Khusus neraca transaksi berjalan juga diyakini oleh BI akan
menurun defisitnya atau setidaknya terkendali di kisaran 2% dari PDB. Dengan
prakiraan ini, ditambah asumsi keuangan global yang lebih stabil, maka nilai
rupiah pun diyakini tidak akan bergejolak.
Sebagaimana yang ditargetkan APBN
2017, beberapa hal berikut tampaknya secara umum bisa dicapai: turunnya jumlah
penduduk miskin dan angka kemiskinan, turunnya jumlah penganggur dan angka
pengangguran, serta naiknya Indeks Pembangunan Manusia. Akan tetapi, dengan
melihat kondisi terkini dalam tataran global dan dinamika perekonomian domestik,
maka tingkat capaian mungkin sedikit di bawah yang ditargetkan.